Kemunculan Peradaban
Data arkeologis mengindikasikan bahwa domestikasi sejumlah hewan dan pembudidayaan tanaman berkembang
di beberapa tempat di seluruh dunia, dimulai sejak periode Holosen[35] (sekitar 12.000–11.500 tahun lalu sampai kini).[36] Di Timur
Tengah, pertanian berkembang di kawasan Hilal
Subur sejak sekitar
10.000–9000 SM; di Eropa, ada bukti
pembudidayaan gandum, domba, kambing, dan babi yang mengindikasikan kegiatan produksi pangan di Yunani dan Aegea sekitar 7000 SM[37]; di Tiongkok, budi daya jawawut dimulai sejak 8000 SM;[38] di Amerika, labu dibudidayakan
sejak 10.000–8000 SM, sedangkan jagung sejak 7500 SM.[39][40] Transisi dari gaya hidup berburu ke pertanian dalam periode tersebut dikenal sebagai Revolusi Neolitik. Pertanian cocok untuk populasi yang sangat padat,
dan dalam pengelolaannya terciptalah strata pekerja karena tidak seluruh
populasi terjun langsung dalam pertanian.[41] Pada akhirnya, proses panen dan strata pekerja terorganisasi menjadi suatu wilayah berdaulat.[41] Pertanian juga menghasilkan surplus makanan yang mampu menyokong kehidupan orang-orang yang tidak
terlibat langsung pada produksi bahan pangan.[42][43]
Perkembangan pertanian menghantarkan manusia pada pendirian kota-kota pertama di dunia. Kawasan tersebut merupakan pusat perdagangan, pabrik, dan kekuatan politik yang hampir tidak menghasilkan pangan dengan sumber
daya sendiri. Kota menciptakan simbiosis dengan desa di sekelilingnya. Kota menerima produk pangan dari
desa, dan sebagai gantinya kota menyediakan produk pabrik serta perlindungan
dan kendali militer yang berstrata.
1.
Peradaban India Kuno
Berdasarkan hasil penggalian yang dilakukan oleh RD Bannerji dan Sir Jhon Marshall tahun 1922
di kota Mohenjodaro dan Harappa ditemukan antara lain: Dua buah patung yang
coraknya berbeda yaitu:
·
Patung
laki-laki sebatas dada
·
Patung seorang
penari
- Terdapat bekas bangunan rumah bertingkat yang sudah beberapa kali mengalami kehancuran (6 – 7 lapis)
- Ditemukan meterai yang berfungsi sebagai hiasan keagamaan dan dianggap mempunyai kesaktian
- Ditemukan patung Dewi Ibu/Dewi Kesuburan
- Bangsa yang mendiami daerah tersebut adalah suku DRAVIDA yang pada tahun 1500 SM diserbu oleh suku bangsa ARYA (Indo Jerman) sehingga suku asli terdesak ke Selatan yaitu dataran tinggi
2.
Peradaban Lembah
Sungai Kuning (Hoang Ho)
Kepercayaan masyarakatnya adalah Polytheisme (Percaya
pada banyak Dewa) seperti: Dewa Angin, Dewa Hujan, Dewa Langit, dewa Bumi, Dewa
sungai dsb. Kehidupan masyarakatnya bercocok tanam dengan memanfaatkan aliran
sungai Kuning seperti: gandum, padi, jagung, Teh dan kedelai. Karena daerahnya
yang subur menjadi pusat perhatian bangsa Asia Tengah (Mongol) sehingga berlaku
hukum tantangan dan jawaban. Tantangannya yaitu : Bangsa-bangsa ganas di
Asia Tengah selalu memusatkan perhatiannya pada lembah Sungai Kuning yang
subur. Jawabannya: Karena serangan yang terus menerus maka kaisar China
membangun tembok besar (The Great Wall Of China) panjangnya: 2000 mil, Lebar: 5
meter, dan tingginya: 11 meter.
Pada masa pemerintahan Dinasti Chou hubungan antara
daerah satu sama lain belum lancer sehingga tugas pengawasan di daerah
diserahkan pada para bangsawan rendahan (Vazal). Untuk membalas
kebaikan mereka maka kaisar memberikan pinjaman tanah yang pada akhirnya
melahirkan sistem Feodal. Selain itu terdapat ajaran filsafat Kong Hu Chu
yang pada prinsipnya adalah pembinaan kehidupan yang selaras dengan alam,
keluarga dan leluhur. Ajaran ini lahir karena terjadi pertentangan antara para
vazal dan manusia terlena dengan urusan keduaniaan. Juga lahir ajaran Taoisme oleh Lao-Tze yang mengatakan bahwa ada kekuatan gaib yang mengatur
keadilan dan ketertiban di alam semesta yang disebut TAO. Keadilan dan
ketenteraman akan tercapai apabila orang akan tunduk pada ajaran TAO.
3.
Peradaban Lembah Sungai Tigris dan Eufrat
Wilayahnya sangat
subur karena diapit oleh dua sungai besar yaitu Tigris dan Eufrat. Mata
pencaharian penduduknya adalah pertanian (Kedelai dan jewawut), Peternakan
(domba, lembu dsb) dan perdagangan (antara Laut Tengah, India, Asia Tengah,
Teluk Persia dan Laut Merah ). Kepercayaan masyarakatnya Polytheisme, seperti:
Dewa Air (Enki), Dewa langit (Anu), Dewa Bumi (Enlil), Dewa Api dan Dewa
Kesuburan (Marduk). Khusus untuk Dewa Marduk dibuatkan patung wanita yang
menggambarkan dewi kesuburan dan dibuatkan Ziggurat (bangunan dari tanah liat yang dibangun di atas
gundukan tanah). Dalam bidang lain mereka mengenal:




Bangsa yang mendiami
daerah ini adalah Bangsa Sumeria lalu di kalahkan oleh suku Amoria dari
Indo Jerman dan mendirikan kerajaan Babylonia I dengan Raja
Hammurabbi. Tahun 750 SM
dikalahkan oleh bangsa Assyria dengan Raja
Ashurbanipal. Tahun 612 SM bangsa Assyria dikalahkan oleh bangsa Kaldea
yang membangun kerajaan Babylonia II dengan Raja Nebukadnezar.
Tahun 536 SM menjadi rebutan bangsa Media dan Persia yang
dimenangkan oleh Persia. Persia memerintah di atas wilayah Mesopotamia
yang subur dengan raja pertama R Cyrus (550 SM) dilanjutkan oleh Darius
Agung (521-485 SM).
4.
Peradaban Lembah
Sungai Nil
Corak kehidupan
masyarakatnya agraris dengan hasil utamanya adalah gandum dan kapas.
Kepercayaan masyarakatnya adalah Polytheisme seperti Dewa RA (matahari), Dewa
Bulan (Amon) lalu disatukan menjadi dewa AMONRA. Untuk memuja dewa ini
dibuatkan Obelisk (Tugu batu runcing berbentuk segitiga yang dihiasi
dengan tulisan gambar) juga percaya pada dewa Thot (pengetahuan), dewa Anubis
(kematian), Osiris (pengadilan), Issis (dewa Sungai Nil), Dewa Apis berbentuk
Sapi, Dewa Ibis berbentuk burung. Mereka juga percaya pada roh-roh leluhur yang
akan mengubah bentuk pemakaman menjadi pengawetan mayat (MUMMIA) yang disimpan dalam Pyramida. Dalam
Pyramida terdapat patung singa berkepala manusia (Sphinx).
Dalam bidang
lain, selain pengawetan mayat juga mengenal penguburan mayat dengan cara
jongkok, mengenal tulisan gambar, mengenal ilmu perbintangan dan sistem
kalender. Dalam bidang pemerintahan dipimpin oleh Fir’aun (Pharaos) yang
dipuja sebagai Tuhan. Rakyat harus taat dalam membayar pajak dan wajib kerja
untuk pengabdian terhadap Fir’aun. Namun pada akhirnya Fir’aun dianggap sebagai
manusia biasa dan kepercayaan mereka monotheisme dengan dewa Matahari sebagai
dewa yang tunggal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar