Jumat, 12 Desember 2014

Seni Pertunjukan

Seni pertunjukan (Bahasa Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan penonton.

Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan' (performing arts). Seni performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni rupa dan kini mulai beralih ke arah seni kontemporer.

Jenis Seni Pertunjukan
  1. Seni akrobat,
  2. Mengamen,
  3. Komedi/lawak,
  4. Tari,
  5. Pentas musik,
  6. Opera,
  7. Sulap
  8. Teater
  9. Film dan lain-lain.

Manajemen Seni Pertunjukan
Manajemen Seni Pertunjukan adalah proses merencanakan dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan sumber daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi yang berhubungan dengan pertunjukan agar pertunjukan dapat terlaksana dengan lancar dan terorganisir. Manajemen seni pertunjukan dapat di petakan lagi menjadi, menajemen organisasi seni pertunjukan dan manajemen produksi seni pertunjukan.
Manajemen akan membantu organisasi seni pertunjukan di dalam mewujudkan harapannya untuk memproduksi karya secara maksimal. Regulasi ke arah itu diupayakan dengan melalui pemberdayaan berbagai komponen yang terkait untuk bersinergis dalam membangun jaringan yang tanggap seperti proporsi rumah laba-laba. Apabila berbagai komponen pendukung yang dirasakan dapat digunakan sebagai stimulus dalam mempermulus laju dan perkembangan produksi seni pertunjukan sebaiknya dilakukan secara komprehensif. Di sini faktor keberuntungan, perencanaan produksi, strategi penerapan dan penggunaan celah yang mendatangkan peluang bisnis besar perlu diterapkan walaupun pada kapasitas produksi untuk penyajian karya seni sebagai hobi saja. Dengan demikian diperlukan kerja keras berbagai komponen yang terlibat dan sekaligus upaya penanganan hambatan harus diminimalisir secara tepat, sehingga pelaksanaan produksi karya seni menjadi pilihan dan harapan bersama.
Di sisi lain Masalah manajemen sebagai basis dalam pengelolaan suatu organisasi seni pertunjukan memiliki kompetensi yang sangat krusial dalam menentukan laju dan arah pengembangan dari suatu seni pertunjukan. Secara umum dalam pengelolaan terasa sangat gampang, namun dalam pelaksanaannya memerlukan penanganan yang sangat rumit, butuh perhatian khusus serta lebih diutamakan pada pengalaman empirik menjadi sumber dalam melaksanakan dan sekaligus menetapkan keberhasilan produksi karya seni secara proporsional.

Organisasi Seni Pertunjukan
Organisasi seni pertunjukan secara sederhana dapat diartikan sebagai sekelompok orang yang melembagakan diri, yang bersifat tradisional maupun modern untuk mempertunjukan hasil karya seninya secara komersial maupun non-komersial untuk suatu tontonan atau tujuan lain. Berdasarkan pandangan ini, maka seni pertunjukan dapat dikelompokan menjadi dua aspek dalam pandangan manajemen, yaitu fungsi manajemen secara horizontal dan fungsi manajemen secara vertical. Fungsi manajemen secara horizontal lebih mengacu pada kelembagaannya dan fungsi manajemen secara vertical mengacu pada cakupan bidang kegiatan keseniannya.
Menurut Dadang Suganda, sudah bukan merupakan persoalan lagi bagi masyarakat pada umumnya dan bagi masyarakat seni khususnya, bahwa seni pertunjukan saat ini telah dikomersialkan. Setiap bentuk pertunjukan yang disponsori pihak tertentu untuk dikonsumsi masyarakat, senantiasa berkaitan dengan dengan proposal pengajuan kegiatan dan kontrak kerja yang mengatur kesepakatan yang mengatur tentang aturan main yang harus dilaksanakan oleh masing-masing pihak termasuk jaminan dan imbalan jasa bagi para seniman pelaku yang menggarapnya.
Konsekuensi logis dari bentuk pertunjukan yang demikian membawa dampak terhadap kualitas pertunjukan itu sendiri. Kondisi tersebut menuntut selektivitas secara kompetitif dalam menentukan pendukung. Sebab pada dasarnya kualitas merupakan modal yang utama untuk menghasilkan sebuah pertunjukan dengan sebutan predikat terpuji yang membawa implikasi terhadap kualitas hasil pertunjukan secara keseluruhan. Dengan demikian para pendukung seni tersebut tidak hanya dituntut untuk mampu dan terampil dalam hal teknis saja melainkan juga memiliki sikap yang positif dan dorongan yang kuat dalam dirinya, disiplin yang tinggi, percaya diri, terbuka untuk menerima koreksi atau pendapat orang lain, serta menunjukkan rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap profesinya sebagai seniman. Maka bukan suatu hal mustahil bahwa prestasi kerja dengan sebutan predikat terpuji akan diraihnya dengan mudah.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen, yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan. Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
1.        Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan organisasi secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi tujuan itu. Pimpinan mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi tujuan organisasi. Perencanaan merupakan proses terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi lainnya tidak dapat berjalan.
2.        Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3.        Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan perencanaan manajerial dan usaha.

Proses Sebelum Pementasan
1.      Pembentukan Kepanitiaan
Agar kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan berjalan dengan lancar, maka dibentuklah suatu kepanitiaan kegiatan. Panitia adalah sekelompok orang yang ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan dan mengurus hal-hal yang ditugaskan kepadanya. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam kepanitiaan bersifat sementara dan jangka pendek, dalam artian bahwa kepanitiaan akan berakhir jika kegiatan/tugas selesai.
2.      Penentuan Tema
Dalam suatu kegiatan sangat diperlukan suatu tema untuk memberi batasan dan memberi arah pada kegiatan yang akan dilakukan. Dan tema dalam suatu kegiatan dapat diambil dari kejadian yang ada di lingkungan kita. Misalnya tema tentang Alam ( SAVE THE NATURE GUYS).
3.      Pembuatan Time Schedule
Dalam suatu kepanitiaan harus membuat susunan jadwal kerja atau yang biasa disebut time schedule. Time schedule sendiri berfungsi untuk menertibkan kinerja tiap divisi dalam kepanitiaan. Dengan time schedule diharapkan kinerja panitia sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.

4.      Penunjukan Stage Manager Dan Pembuatan Run Down
Stage Manager bertugas merumuskan atau menetapkan secara lebih detail pelaksanaan acara pada hari-H terutama pada konsep penampilan dan pengisi acara, tata panggung dan tata lampu serta terjun langsung ke lapangan pada hari-H dan turun tangan langsung. Run down adalah detail susunan acara dalam suatu kegiatan pada hari-H. Dalam run down tercantum secara detail person yang terlibat dan peralatan yang dibutuhkan dalam setiap penampilan serta keterangan-keterangan yang diperlukan.

Pementasan
1.      Pra Pementasan
Dalam tahap ini dilakukan gladi bersih sebagai persiapan terakhir untuk menuju sebuah pementasan. Tujuan dari tahap ini adalah sebagai simulasi pada hari-H agar seluruh panitia yang terlibat siap untuk menghadapi kendala-kendala yang mungkin akan terjadi saat melakukan sebuah pementasan.
2.      Pementasan
Pada tahap ini seluruh panitia diharapkan fokus pada pertunjukan sesuai dengan job description masing-masing dan berkoordinasi dengan stage manager agar pementasan berjalan sesuai dengan run down.
3.      LPJ
Ketika tugas telah selesai dilaksanakan, ketika acara telah berakhir, kerja kepanitiaan belumlah berakhir. Karena masih harus dilakukan pertanggungjawaban dari kepanitiaan dalam bentuk LPJ. LPJ dimaksudkan untuk memastikan, apakah planning yang dilakukan pada awal kepanitiaan berjalan sebagaimana mestinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar