Seni pertunjukan (Bahasa
Inggris: performance art) adalah karya seni yang melibatkan aksi individu
atau kelompok di tempat dan waktu tertentu. performance biasanya melibatkan
empat unsur: waktu, ruang, tubuh si seniman dan hubungan seniman dengan
penonton.
Meskipun seni performance bisa juga dikatakan termasuk di dalamnya
kegiatan-kegiatan seni mainstream seperti teater, tari, musik dan sirkus, tapi biasanya kegiatan-kegiatan
seni tersebut pada umumnya lebih dikenal dengan istilah 'seni pertunjukan'
(performing arts). Seni performance adalah istilah yang biasanya mengacu pada seni konseptual atau avant garde yang tumbuh dari seni
rupa dan kini mulai beralih ke arah seni
kontemporer.
Jenis Seni Pertunjukan
Manajemen Seni Pertunjukan
Manajemen Seni Pertunjukan adalah proses merencanakan
dan mengambil keputusan, mengorganisasikan, memimpin, dan mengendalikan sumber
daya manusia, keuangan, fisik, dan informasi yang berhubungan dengan
pertunjukan agar pertunjukan dapat terlaksana dengan lancar dan terorganisir.
Manajemen seni pertunjukan dapat di petakan lagi menjadi, menajemen organisasi
seni pertunjukan dan manajemen produksi seni pertunjukan.
Manajemen akan membantu organisasi seni pertunjukan di
dalam mewujudkan harapannya untuk memproduksi karya secara maksimal. Regulasi
ke arah itu diupayakan dengan melalui pemberdayaan berbagai komponen yang
terkait untuk bersinergis dalam membangun jaringan yang tanggap seperti
proporsi rumah laba-laba. Apabila berbagai komponen pendukung yang dirasakan
dapat digunakan sebagai stimulus dalam mempermulus laju dan perkembangan
produksi seni pertunjukan sebaiknya dilakukan secara komprehensif. Di sini
faktor keberuntungan, perencanaan produksi, strategi penerapan dan penggunaan
celah yang mendatangkan peluang bisnis besar perlu diterapkan walaupun pada
kapasitas produksi untuk penyajian karya seni sebagai hobi saja. Dengan
demikian diperlukan kerja keras berbagai komponen yang terlibat dan sekaligus
upaya penanganan hambatan harus diminimalisir secara tepat, sehingga
pelaksanaan produksi karya seni menjadi pilihan dan harapan bersama.
Di sisi lain Masalah manajemen sebagai basis dalam
pengelolaan suatu organisasi seni pertunjukan memiliki kompetensi yang sangat
krusial dalam menentukan laju dan arah pengembangan dari suatu seni
pertunjukan. Secara umum dalam pengelolaan terasa sangat gampang, namun dalam
pelaksanaannya memerlukan penanganan yang sangat rumit, butuh perhatian khusus
serta lebih diutamakan pada pengalaman empirik menjadi sumber dalam
melaksanakan dan sekaligus menetapkan keberhasilan produksi karya seni secara
proporsional.
Organisasi Seni Pertunjukan
Organisasi seni pertunjukan secara sederhana dapat
diartikan sebagai sekelompok orang yang melembagakan diri, yang bersifat
tradisional maupun modern untuk mempertunjukan hasil karya seninya secara
komersial maupun non-komersial untuk suatu tontonan atau tujuan lain.
Berdasarkan pandangan ini, maka seni pertunjukan dapat dikelompokan menjadi dua
aspek dalam pandangan manajemen, yaitu fungsi manajemen secara horizontal dan
fungsi manajemen secara vertical. Fungsi manajemen secara horizontal lebih
mengacu pada kelembagaannya dan fungsi manajemen secara vertical mengacu pada
cakupan bidang kegiatan keseniannya.
Menurut Dadang Suganda, sudah bukan merupakan
persoalan lagi bagi masyarakat pada umumnya dan bagi masyarakat seni khususnya,
bahwa seni pertunjukan saat ini telah dikomersialkan. Setiap bentuk pertunjukan
yang disponsori pihak tertentu untuk dikonsumsi masyarakat, senantiasa
berkaitan dengan dengan proposal pengajuan kegiatan dan kontrak kerja yang
mengatur kesepakatan yang mengatur tentang aturan main yang harus dilaksanakan
oleh masing-masing pihak termasuk jaminan dan imbalan jasa bagi para seniman
pelaku yang menggarapnya.
Konsekuensi logis dari bentuk pertunjukan yang
demikian membawa dampak terhadap kualitas pertunjukan itu sendiri. Kondisi
tersebut menuntut selektivitas secara kompetitif dalam menentukan pendukung.
Sebab pada dasarnya kualitas merupakan modal yang utama untuk menghasilkan
sebuah pertunjukan dengan sebutan predikat terpuji yang membawa implikasi
terhadap kualitas hasil pertunjukan secara keseluruhan. Dengan demikian para
pendukung seni tersebut tidak hanya dituntut untuk mampu dan terampil dalam hal
teknis saja melainkan juga memiliki sikap yang positif dan dorongan yang kuat
dalam dirinya, disiplin yang tinggi, percaya diri, terbuka untuk menerima
koreksi atau pendapat orang lain, serta menunjukkan rasa tanggung jawab yang
tinggi terhadap profesinya sebagai seniman. Maka bukan suatu hal mustahil bahwa
prestasi kerja dengan sebutan predikat terpuji akan diraihnya dengan mudah.
Fungsi manajemen adalah elemen-elemen dasar yang akan
selalu ada dan melekat didalam proses manajemen yang akan dijadikan acuan oleh
manajer dalam melaksanakan kegiatan untuk mencapai tujuan. Fungsi manajemen
pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis bernama Henry
Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengordinasi, dan mengendalikan.
Namun saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi tiga, yaitu:
1.
Perencanaan (planning) adalah memikirkan apa yang
akan dikerjakan dengan sumber yang dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk
menentukan tujuan organisasi secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi
tujuan itu. Pimpinan mengevaluasi berbagai rencana alternatif sebelum mengambil
tindakan dan kemudian melihat apakah rencana yang dipilih cocok dan dapat
digunakan untuk memenuhi tujuan organisasi. Perencanaan merupakan proses
terpenting dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-fungsi
lainnya tidak dapat berjalan.
2.
Pengorganisasian (organizing) dilakukan dengan
tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi kegiatan-kegiatan yang lebih kecil.
Pengorganisasian mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas yang telah dibagi-bagi tersebut.
Pengorganisasian dapat dilakukan dengan cara menentukan tugas apa yang harus
dikerjakan, siapa yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas tersebut, dan pada tingkatan
mana keputusan harus diambil.
3.
Pengarahan (directing) adalah suatu tindakan untuk
mengusahakan agar semua anggota kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai
dengan perencanaan manajerial dan usaha.
1. Pembentukan Kepanitiaan
Agar
kegiatan dapat terlaksana dengan baik dan berjalan dengan lancar, maka
dibentuklah suatu kepanitiaan kegiatan. Panitia adalah sekelompok orang yang
ditunjuk atau dipilih untuk mempertimbangkan dan mengurus hal-hal yang
ditugaskan kepadanya. Tujuan apa yang ingin dicapai dalam kepanitiaan bersifat
sementara dan jangka pendek, dalam artian bahwa kepanitiaan akan berakhir jika
kegiatan/tugas selesai.
2. Penentuan Tema
Dalam
suatu kegiatan sangat diperlukan suatu tema untuk memberi batasan dan memberi
arah pada kegiatan yang akan dilakukan. Dan tema dalam suatu kegiatan dapat
diambil dari kejadian yang ada di lingkungan kita. Misalnya tema tentang Alam (
SAVE THE NATURE GUYS).
3. Pembuatan Time Schedule
Dalam
suatu kepanitiaan harus membuat susunan jadwal kerja atau yang biasa disebut
time schedule. Time schedule sendiri berfungsi untuk menertibkan kinerja tiap
divisi dalam kepanitiaan. Dengan time schedule diharapkan kinerja panitia
sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
4. Penunjukan Stage Manager Dan Pembuatan Run Down
Stage
Manager bertugas merumuskan atau menetapkan secara lebih detail pelaksanaan
acara pada hari-H terutama pada konsep penampilan dan pengisi acara, tata
panggung dan tata lampu serta terjun langsung ke lapangan pada hari-H dan turun
tangan langsung. Run down adalah detail susunan acara dalam suatu kegiatan pada
hari-H. Dalam run down tercantum secara detail person yang terlibat dan
peralatan yang dibutuhkan dalam setiap penampilan serta keterangan-keterangan
yang diperlukan.
Pementasan
1. Pra Pementasan
Dalam
tahap ini dilakukan gladi bersih sebagai persiapan terakhir untuk menuju sebuah
pementasan. Tujuan dari tahap ini adalah sebagai simulasi pada hari-H agar
seluruh panitia yang terlibat siap untuk menghadapi kendala-kendala yang
mungkin akan terjadi saat melakukan sebuah pementasan.
2. Pementasan
Pada
tahap ini seluruh panitia diharapkan fokus pada pertunjukan sesuai dengan job
description masing-masing dan berkoordinasi dengan stage manager agar
pementasan berjalan sesuai dengan run down.
3. LPJ
Ketika
tugas telah selesai dilaksanakan, ketika acara telah berakhir, kerja
kepanitiaan belumlah berakhir. Karena masih harus dilakukan pertanggungjawaban
dari kepanitiaan dalam bentuk LPJ. LPJ dimaksudkan untuk memastikan, apakah
planning yang dilakukan pada awal kepanitiaan berjalan sebagaimana mestinya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar